Mereka yang Terlupakan
Setiap melewati lampu merah di alun-alun kota, hatiku selalu merasa tak nyaman. Kegelisahan menyergap jiwa dan hantarkan rasa pedih tak tertahan. Luruh airmata melihat barisan hitam, berbaju kumal, berjejer di pinggir jalan, dan mereka manusia. Semakin mengiris hati kala kudapati anak-anak dan perempuan di dalamnya. Mengapa mereka bertahan di jalanan? Jawabannya pada rumput yang bergoyang.
Mereka menjadi sampah masyarakat. Tak jarang dihujat, terkadang berbuat jahat, dan berujung pada kejaran aparat. Ke mana mereka akan meminta? Bumi dan langit adalah rumahnya, me-bonek truk serasa mobil pribadi yang membawanya ke mana saja. Di saat perutnya tak lagi kuasa menahan lapar dan tenggorokan mengering dahaga, mereka tetap bertahan. Air kran tak lagi sungkan, makanan basi pun melenggang nyaman.
Di mana orang tua mereka? Wajah dekil berbalur debu seolah tak pernah tersentuh tirta. Mata sayu tunjukkan luka jiwa yang tak pernah temukan obatnya. Duka makin menganga saat ungkap fakta, kejahatan seksual mendera begitu rupa dan menjadi tradisi bagi pengikut pemula.
Iya, mereka anak punk yang lekat dengan warna hitam dan kejahatan di jalanan. Saat seusianya bermandikan kasih sayang keluarga, mereka justru temukan kehangatan di alam terbuka. Entah apa yang dicari dan apa pula yang diminta hingga orang tua abaikan keberadaannya. Mereka yang terlupakan dari daftar keluarga, bahkan tak jarang orang tua malu mengakuinya.
Banyak yang berasal dari keluarga berada, tak kurang pula dari pejabat ternama. Ragam masalah jadi sumber petaka sampai harus terlepas dari dekapan keluarga tercinta. Jamak di telinga, orang tua tak lagi sanggup kendalikan atau mereka yang kuat membangkang hingga memaksa diri harus hengkang.
Mereka terlupakan atau bahkan sengaja dilupakan. Tak bijak menghakimi tanpa melihat akar masalah yang ada. Tak patut terus menghujat tanpa mencarikan solusi atas keberadaannya di jalan raya. Mereka mungkin bersalah, akan tetapi mereka adalah anak yang tercerabut dari kasih orang tua. Tugas kita bersama mengembalikan pada tempat semestinya, keluarga.
Sampai kapan mereka di jalanan? Jawabannya kembali pada rumput yang bergoyang.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sukses b ayu.
Jazakallah, Bunda Irma. Semoga Bunda Irma senantiasa dalam rahmat-Nya.
Dan kelak anak-anak kita mengalami masa dewasa yg sama dengan mereka. Kadang khawatir. Kadang berharap dinas sosial lebih proaktif. Jadi orang tua memang tidak ada sekolahnya. Tapi mencintai anak adalah sunatullah. Tidak boleh menyerah pada keadaan. Orang tua harus memenuhi jiwa anak dengan kasih sayang dan tanggung jawab yang membuat mereka mandiri.
Terimakasih, Bunda Emi. Memang benar, menjadi orang tua tak ada sekolahnya. Namun, mencintai anak dalam keadaan apa pun adalah sunnatullah. Terkadang kita sebagai orang tua tak siap saat anak tak sesuai harapan. Saya pun begitu, dan waktu yang ajarkan untuk segera memperbaiki sebelum segalanya terlambat. Barakallah, Bunda Emi.
Mantabs Bu Ayu, Barokallah saya tunggu tulisan untuk kuis Pak Guru, Barokallah
insyaallah, Pak Haji. Derap langkah satria literasi Surabaya.
Takut melihat gerombolan punk di jalanan. Miris melihat nasib dan masa depan mereka. Semoga ada solusi ke depannya. Amin
Nggih, Bu Dyah. Semoga masih ada harapan. Amin. Barakallah, Bu Dyah.
Semoga ada jalan untuk kembali ke tempat yang seharusnya...sehat n sukses selalu Bunda Ayu..barakallah
Semoga begitu, Bunda Lupi. Barakallah, Bunda.
Sampai kapan mereka di jalanan? Jawabannya ada pada seberapa besar kadar kepedulian kita terhadap mereka. Kita yang menjadi bagian dari masyarakat di sekeliling mereka, atau juga keluarga dan dinas terkait, mampukah bergandengan tangan untuk mengembalikan mereka dalam pelukan hangat keluarga? Jazakillah khoir untuk tulisan yang bisa menakar kepedulian kita pada sesama, ini. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, Bu Guru.
Jazakillah, Ibu. Keberadaan mereka dianggap merusak pemandangan kota. Berkeliaran tak tentu arah dan terkadang mengganggu pengguna jalan. Butuh kepedulian bersama tuk kembalikan mereka pada kehangatan keluarga. Barakallah, Ibu. Semoga senantiasa sehat dan dalam lindungan Allah.
Semoga anak2 kita dijauhkan dari hal2 yang buruk. Menjadi anak yg sholeh dan sholihah, berguna bagi agama, dan negara... salam kenal dan sukses selalu ya bu
Amin. Jazakillah, Bunda Yulia. Salam kenal juga, Bunda. Kehormatan besar bersua Bunda Yulia. Barakallah, Bunda.
Mungkin karena sebagian dari mereka menemukan kenyaman di jalan atau karena tidak nyaman di rumah. Semoga mereka menemukan jalan ke rumah. Sukses selalu dan barakallah
Benar sekali, Bunda Ropi. Rumah tak lagi hangat. Jalanan menjadi pengganti keluarga. Jazakillah, Bunda Ropi.
Masih tanda tanya juga buat saya Bu Ayu...Apakah mereka memang sudah menikmati hidup di jalanan? Semoga suatu saat mereka menemukan jalan untuk pulang. Ulasan yang menohok relung hati Bu Ayu...Semoga selalu sehat dan menginspirasi..Barakallah..Bu Ayu...
Saya pun sama, Bu Rini. Apa yang membuat mereka tak ingin kembali ke rumah? Semoga suatu hari nanti akan mereka temuka kehangatan keluarga sesungguhnya.
Anak-anak punk dan dinamika jalanan...
Nggih, Bunda Fila. Dinamika yang tak perlu terjadi.
Mereka salah satu Jalan Surga kita
Amin. Jazakallah, Bapak.
Mereka salah satu Jalan Surga kita
Amin. Jazakallah, Bapak.
Iya Bun ..entah apa yang ada di benak mereka...aneh memang tapi begitulah adanya... semoga ada solusi untuk kehidupan mereka segera... Sukses selalu bunda..dan barakallah
Jazakillah, Bunda Yanisa. Tak tahu akar masalah yang sebenarnya. Berharap semoga suatu hari mereka akan kembali ke pelukan hangat keluarga.