Sri Ayu Sipah

Alumni IPB dan Kepala MTs Darul Hikmah Subah di Kankemenag Kabupaten Batang. Belajar dan terus belajar dalam universitas kehidupan untuk berika...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kenapa Selalu Hawa, di mana Adamnya ?

Kenapa Selalu Hawa, di mana Adamnya ?

Jagat media hiruk pikuk dengan sensasi dunia. Ditambah hangatnya suasana tahun politik yang membutuhkan gorengan berita. Belumlah berlalu hoaks tertoblosnya 70 juta surat suara, kini melenggang berita 80 juta sekali coblosnya. Kuli tinta sangat lihai mengemasnya sehingga ribuan mata tak berpaling dari layar kaca, jutaan jari menari mencari kata kunci, dan rangkaian gerbong kata berserak di dunia maya, curi perhatian pembaca.

Dunia prostitusi bukanlah berita baru, sudah ada sejak zaman dulu kala, meski berbalut pakaian dan nama berbeda. Intinya sama, transaksi beraroma erotis, barter uang dengan kenikmatan birahi. Ramai tulisan berkelana, hujat pelaku, cibir pengguna, sampai munculkan kesinisan kata “80 juta hanya untuk kenikmatan sekejap mata, wow!”

Bukan nilai uang yang akan kita perbincangkan di sini, melainkan keadilan dalam pemberitaannya. Tak ada niat membela pelaku amoral. Kita garis bawahi dan sepakat bersama bahwa prostitusi dalam bentuk apa pun adalah perilaku tak terpuji. Harus terkikikis habis dari jati diri anak negeri.

Sejak awal menderas di media massa, merangsek para pencari warta, tulis berita pelaku penjaja kenikmatan. Akan tetapi ada satu yang menggelitik jiwa, kenapa pelaku perempuan yang diekspos luar biasa? Di mana para kumbang yang mencecap madu bunga? Selalu kaum Hawa tersudutkan.

Sunatullah terus berjalan. Ada penjual, ada pula pembeli. Tak mungkin berjualan, jika tak ada pangsa pasar. Kekecewaan menggelayuti hati, nama-nama pelaku perempuan terpampang jelas di media, terilis sempurna dari data pihak berwajib. Namun sayang, nama kumbang pencecap bunga memudar kusam tak berwarna. Bukankah mereka bagian inti dari transaksi kenikmatan ini?

Entah memang perempuan adalah obyek sempurna atau karena hukum tak sepenuhnya berpihak pada mereka. Pemberitaan terasa timpang, pincang berjalan susuri jalan keadilan. Sejak zaman kuda gigit besi, nasib wanita tak lepas dari nestapa setiap kali berbenturan dengan libido pria.

Semoga Kartini tetap tenang dalam tidur panjangnya, tak terusik akan derita kaumnya yang belum sepenuhnya bisa sejajar hak dengan kaum pria. Wallahu a’lam bishawab.

Selamat datang di dunia literasi, dunia baca tulis kunci gerbang peradaban zaman, dunia buku tempat ilmu bertumpu

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Saya melihatnya cendrung memhatikan kebutuhan pasar berita. Mana yang paling menarik sebagai berita. Kasus ini hawa lah yang dianggap paling menarik untuk diangkat. Padahal kaca mata hukum itu seharusnya objektivitas. Angkat faktanya secara komperensif, lalu putuskan dengan seadil-adilnya. Terima kasih sudah menginspirasi. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah.

13 Jan
Balas

Sepakat, Pak Mulya. Memang wanita adalah obyek berita yang menguntungkan, apalagi ditambah posisi sebagai artis terkenal, pastinya akan menjadi berita viral dan dicari banyak orang. Semoga kaca mata hukum dapat melihat dengan jernih dan memberikan keputusan berkeadilan. Terimakasih, Pak Mulya. Selau sukses dan salam untuk keluarga tercinta.

13 Jan

Aamiin ya Allah

14 Jan

Pemberitaan yang tidak berimbang demikian juga hukum yang tidak berimbang dimana yang menjadi korban justru malah menjadi tersangka. Barakallah Bunda

13 Jan
Balas

Njih, Bu Dyah. Matursembahsuwun atas kerawuhannya. Entah kenapa tak ada berita bertubi-tubi terkait kaum adam pengguna penjaja kenikmatan, tetapi hanya mucikari dan saksi korban yang bergelombang ditampilkan.

13 Jan

Luar biasa, Bunda Ayu' selalu lihai dalam mengulas suatu masalah. Begitulah adanys, wanita selalu menjadi obyek pemberitaan, sementara si laki-laki hilang entah menguap ke mana. Padahal kejadian ini tentu tak hanya terjadi karena satu pihak saja.Semangat pagi, sehat dan sukses Bund...barakallah

20 Jan
Balas

Terimakasih, Bunda Marlupi. Masih belajar menulis, Bunda. Iya, agak merasa janggal dengan pemberitaan yang terkesan pada wanita sebagai pusat kesalahan. Lelakinya nyaris tak terpublikasi dalam kejadian tersebut. Barakallah, Bunda Lupi. Lup yu pull hehehe...

20 Jan

Apakah ini termasuk ketidak adilan? Mungkin, kita hanya bisa mengambil ibrahnya saja. Ibu, ibu, ibu, setelah itu barulah ayah. Jika Rasulullah memberikan 3x lipat kemuliaan untuk kaum hawa, mungkin begini jugalah "derita" yang akan dialami jika mahluk Allah ini berbuat salah. Pemberitaan yang tidak seimbang, seolah kesalahan mutlak ada pada sang "penjaja kenikmatan". Bagaikan sejarah Hawa yang meminta dipetikkan buah kuldi dan turuti oleh Adam. Namun, betapa indahnya ketika Adam menyadari kesalahan ini seakan salah itu milik dirinya sendiri hingga Allah menurunkan rahmaan dan rahiimNya, Adam bertemu Hawa kembali. Kelihatannya, Adam kini sangat jauh berbeda dengan Adam saat itu. Semoga, tulisan ini membuka mata dan hati Adam "masa kini". Bagi kita, tetaplah jaga bahwa "Hawa tidak boleh salah", jika terjadi, bersiaplah dengan (ketidak adilan) yang akan menerpa. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah.

13 Jan
Balas

Njih, Ibu. Leres sanget. Wanita adalah ibu, ada izzah dan iffah yang harus selalu terjaga. Tak boleh ternoda meski hanya setitik nila. Tak seharusnya penjaja kenikmatan ini meraja lela, bahkan beroperasi masif ke berbagai lini usia. Miris hati dengan pemberitaan yang tak berimbang, seolah menjadi panggung ketenaran. Semoga tak ada lagi penjaja kenikmatan berkeliaran, tak ada pula penikmatnya yang pongah melenggang tak terjerat sanksi sosial. Bismillah, selalu ada asa di depan. Semoga tak ada lagi kejadian serupa di masa mendatang. Kaum Hawa, muliakan dirimu dengan iman, hiasi tubuhmu dengan takwa, dan baluri hatimu dengan qoana'ah, agar tak silau menjual demi segenggam materi. Barakallah, Ibu.

13 Jan

Agar tak silau menjual diri demi segenggam materi.

13 Jan

Tulisan penuh kritik tajam, bangkitkan pemikiran yang tertidur. Yap betul sekali, hampir semua orang, termasuk aku, ikut-ikutan terlena dan hanya asyik menerima berita yang disungguhkan. Atau memang masih demikian pandangan masyarakat kita tentang wanita. Wanita masih dianggap makhluk kedua, tapi ketika terjadi hal seperti, justru menjadi orang pertama yang dikecam. Luat biasa paparan Mbak Ayu dapat membuka mata yang selama ini tertutup. Semoga ada keadilan yang didapat oleh wanita. Sukses selalu dan barakallah

13 Jan
Balas

Terimakasih, Bunda Siti Ropiah. Sebatas kegelisahan atas fakta yang ada. Pembeli dan penjual sama bersalahnya, mustinya hukum tak hanya memgincar mucikari dan berkutat pada perempuan penjaja kenikmatan, akan tetapi menyasar pada pembeli kenikmatan juga, agar munculkan efek jera. Jangan selalu kaum hawa yang menjadi titik tumpu kesalahan. Semoga selalu sukses, Bunda Ropiah. Tercapai segala asa dan resolusi 2019. Amin.

13 Jan

Ada sudut pandang tertentu bagi sebuah pemberitaan apalagi bila dikaitkan dengan rating.....Seandainya si wanita bukan artis mungkin beritanya tidak begitu heboh...Entahlah siapa yang paling besar mengambil andil dalam masalah pemberitaan ini.. Semoga selalu sukses dan menginspirasi..Barakallah Bu Ayu..

13 Jan
Balas

Njih, leres Bu Rini. Rating berita menjadi incaran kuli tinta. Bagaimanapun rasa penasaran publik akan semakin tinggi. Teimakasih, Bu Rini.

13 Jan

Tulisan yang sangat indah kata-katanya tidak sunya dari makna.Barakillah Nduk Ayu

13 Jan
Balas

Njih, Abah. Matursembahsuwun atas perhatiannya. Ayu masih belajar menulis. Untaian tulisan abah yang selalu sarat makna dan pesan moral. Jazakallah, Abah. Teriringkan salam kagem ibu.

13 Jan

Memang terasa tidak adil ,karena hawa yang selalu jadi bahan cerita padahal Adam yang pertama Allah ciftakan.tetapi bukankah Hawa yang menyebabkan mereka turun dari surga?Disini adam hanya mengikuti jejak Hawaa saja..ketika sudah turun dari surga ternyata Hawa tinggal diam saja yang berkeliling mengitari dunia ternyata Adam. Abah teringat dengan pesan Nabi wanita itu tiang negara apabilla baik wanita itu baiklah negara. Apabila wanita itu tidak baik hancurlah negara. Ayo kita diskusikan agar wanita-wanita itu jadi baik.wallahu 'alam

13 Jan
Balas

Insyaallah, Abah. Mari bersama dengung dan kumandangkan menjaga iffah dan izzah wanita dalam balutan busana iman dan riasan takwa. Wanita adalah tiang negara, maka dia harus jadi pribadi baik. Untuk kasus prostitusi online, seyogyanya baik penjaja maupun penikmat mendapatkan sanksi sosial berat agar tak memgulangi perbuatannya. Jazakallah, Abah. Teriringkan salam kagem keluarga.

13 Jan

Kemasan tidak selalu mewakili isi, tapi itulah cara agar menarik, bukan? Tulisan sederhana bernas ibu Sri.

16 Jan
Balas

Terimakasih, Pak Roni.

16 Jan

assalammu'alaikum ibu. saya sangat terkesan dengan apa yang ditulis ibu. seorang wanita itu tiang negara. apabila wanita rusak maka rusaklah negaranya. karena kita hendaknya menjadi muslimah yang kaffah. sehingga dapat mendidik anak anak kita untuk menuju jalan yang di ridhoi Allah sang pencipta.

13 Jan
Balas

Waalaikumsalam, Bunda Tuti. Terimakasih, Bunda. Atas perhatian dan apresiasi terhadap secarik guratan pena ini. Wanita adalah tiang negara, sudah selayaknya kaffah dalam segala hal. Senantiasa terjaga izzah dan iffahnya, karena darinya pendidik bermula. Jazakillah, Bunda. Semoga kita mampu menjadi ibu terbaik bagi putra- putri kita, umi madrasatun ula. Barakallah, Bunda Tuti. Salam hormat dari Ayu.

13 Jan



search

New Post