Sri Ayu Sipah

Alumni IPB dan Kepala MTs Darul Hikmah Subah di Kankemenag Kabupaten Batang. Belajar dan terus belajar dalam universitas kehidupan untuk berika...

Selengkapnya
Navigasi Web
Warna Penggoda Jiwa

Warna Penggoda Jiwa

Hati terkoyak kala fakta telanjang di depan mata, pertontonkan aurat debat dari kepala elit berbeda warna. Menangis jiwa saksikan sumpah serapah berlarian liar, saling berkejaran mencari mangsa, dan hinggap pada mereka yang dianggapnya pantas sandang gelar terendah. Saling hujat tak lagi terhijab, tepatkan sasaran pada mereka yang tak sepakat. Adu argumen ibarat alat pembunuh lawan, tampilkan kepiawaian memutarbalikkan kata agar dirinya nyata sempurna, abaikan kebenaran lainnya. Salah tak apa, asal kita sama. Benar tak bisa, karena kita beda warna.

Persaingan semakin panas , kompor pun siap dinyalakan saat suhu membeku sewaktu-waktu. Tak ada yang mau tertinggal, tak ada yang mau terkalahkan, karena semua inginkan warna dirinya paling terang. Warna yang bisa mengubah takdir bangsa, warna yang menjadi alat mencari kuasa, dan warna yang menggiurkan semua jiwa.

Berjajar elit lantang suarakan warna, berebut hati rakyat jelata bak jejaka gandrung perawan nan jelita. Sampaikan puisi dusta berbalur cinta, taburkan benih janji yang takkan pernah tumbuh. Sekali lagi, warna sandarannya, bukan rakyat jelata !

Warna bertebaran di setiap penjuru. Bertengger pada pohon tertinggi, semrawut berbaris di jembatan terpanjang, berdiri berdesakan di mulut gang, dan menancap kuat pada tubuh pohon tak berdosa. Estetika lingkungan hanya selembar aturan, derita pohon tahan karatnya paku hanyalah lagu bisu.

Semakin lucu kala pemilik warna kenakan gelar akademik sepanjang gerbong kereta. Bukankah gelar intelektual cerminan kematangan pemahaman ? Bukan hanya sekedar pajangan pemikat hati yang lewat. Jika benar, tak ubahnya Jaran goyang Semar mesem yang kental dengan satire cinta ditolak dukun bertindak.

Warna mampu menjebak rasa siapa saja. Tak hanya di dunia nyata, maya pun ikut bergolak. Saling sindir, saling sikut, dan intip celah cari kesempatan pudarkan warna lawan.

Ini edisi lima tahunan, yang biasa terulang di setiap zaman kata elit cari pembenaran. Bukankah kebiasaan adalah cikal karakter ? Akankah anak bangsa menyerap ketaksantunan penawaran warna sebagai karakternya kelak ? Vulgar di media, antar warna saling hujat tak beradab, tak segan umbar fitnah dan propaganda, abaikan jutaan pasang mata anak bangsa yang melihat, mendengar, dan menagih janji keteladanan pemimpinnya.

Silakan jual warna anda ! Akan tetapi ajarkan pada kami cara berjualan yang baik, agar kami bisa memilah dan memilih warna paling tepat untuk bangsa. Semoga warna-warna gradasi nan lembut dan halus akan segera tercipta di negeri ini.

Jadilah pemilih cerdas !

Selamat datang di dunia literasi, dunia baca tulis kunci gerbang peradaban zaman, dunia buku tempat ilmu bertumpu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Edisi lima tahunan yang selalu berulang. Tunjukkan warna dan tebar pesona, jika mungkin jadikan warna lawan kusam dan buram. Namun demikian, kita tak boleh putus asa. Selalu berharap dan berdoa akan munculnya warna-warna indah di bawah naungan ridhoNya. Kenali gradasi warna yang ada, agar bisa tampilkan keindahan yang menyejukkan mata dan menenteramkan jiwa. Jazakillah khoir sudah ingatkan untuk bisa melihat dan mengenali warna. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, Bu Guru.

12 Jan
Balas

Matusembahsuwun, Ibu. Njih, betapa pesona warna dapat memagut semua jiwa tuk korbankan segalanya. Membuat warna lawan buram dan kusam merupakan bagian dari ketakdewasaan pikiran pemilik warna. Insyaallah, semoga akan muncul warna gradasi yang damaikan hati. Ada banyak harapan. Jazakallah, Ibu.

12 Jan

Subhanallah, paparan terkait demokrasi lima tahunan yang dikemas indah luar biasa, hingga asyik membacanya. Untuk dapatkan simpati dan suara pemilih, apapun dilakukan, janji manis pun diobral, namun semua iru hanya patamorgana belaka. Saling sikut dan sebarkan fitnah dalam kemasan hoax sudah jadi menu makanan harian. Sepertinya demokrasi yang terjadi tak pernah lepas dari tipu, kebohongan, riswah dan fitnah. Bagi pemilih sepertinya sulit untuk menjadi pemilih cerdas, karena dihadapkan dengan kondisi ekonomi yang morat marit, hingga akal tak lagi digunakan. Sukses selalu dan barakallah untuk Mbak Ayu.

12 Jan
Balas

Terimakasih, Bunda Siti Ropiah. Paparan yang lugas berbasis realitas di masyarakat kita. Dalih ekonomi jadikan senjata ampuh muluskan politik uang. Pemilih cerdas terhimpit dalam tembok kebutuhan. Insyaallah, masih ada setitik sinar di depan sana, meskipun politik selalu abu-abu.

12 Jan

Ulasan yang sangat membumi dan sesuai realita yang ada..membuat kami berada dalam dilema...tidak ikut berarti membuang suara...ikut pun tak menjamin adanya perubahan asa..Hanya kata bismillah yang masih bisa diharapkan..Berharap tangan Tuhan akan menuntun kami dalam memilih warna.. Semoga selalu sehat dan menginspirasi..Barakallah...Bu Ayu..

12 Jan
Balas

Terimakasih, Bu Rini. Memilih terbaik diantara tumpukan baik. Tak boleh ada suara terbuang, karena di situlah demokrasi bermula. Allah adalah penuntun terbaik, insyaallah Bu Yuli tak akan keliru memilih warnanya. Tansah sehat nggih, Bu. Salam kagem kaluargi.

12 Jan

Luar biasa bu, salam literasi

12 Jan
Balas

Terimakasih, Bunda Sri Widati. Salam literasi.

12 Jan

Negeri kita memang warna-warni, Bu. Tak hanya hitam putih. Hanya saja, warna-warni itu tak mampu menjadi pelangi. Sayang sekali. Sukses selalu, Bu Sri Ayu Sipah. Barakallah.

13 Jan
Balas

Jazakallah, Pak Wahyudin. Njih, negeri warna-warni. Semoga suatu hari nanti akan terbentuk pelangi indah, yang tak hanya indah dipandang, tetapi juga akan banyak ajarkan adab pada anak bangsa.

13 Jan



search

New Post